Sekolah Menengah Kejuruan Swasta satu-satunya di Kecamatan Gantar yang berdiri pada tanggal 24 Juli 2012. Usia sekolah memang terbilang masih belia akan tetapi sekolah ini mampu bersaing dengan sekolah-sekolah disekitarnya. SMKS PGRI 1 Gantar dengan julukan “DARAH BIRU” sebagai visinya berada di sebuah desa yang cukup jauh dari pusat kota yaitu di Desa Gantar, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Adapun tujuan yang hendak dicapai yaitu: Meningkatkan motivasi dan keterampilan berpikir peserta didik dari LOTS menjadi HOTS.
SITUASI
Keadaan yang menjadi latarbelakang penulis dalam menyusun Best Practice ini adalah terdapat beberapa masalah yang ditemukan pada saat proses pembelajaran di SMKS PGRI 1 Gantar terutama dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS). Permasalahan yang kerap dihadapi diantaranya: Guru belum memiliki kepercayaan diri dalam mengimplementasikan model pembelajaran yang inovatif sehingga dalam proses pembelajaran metode yang digunakan masih klasik didominasi dengan ceramah. Guru juga belum mampu menstimulus peserta didik menjadi aktif.
Pembelajaran yang monoton didominasi oleh guru cenderung satu arah yang berarti masih berpusat pada guru (TCL). Hal ini menjadikan peserta didik belum termotivasi dalam belajar sehingga mereka belum bisa fokus mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir. Selain itu, guru juga masih menggunakan soal evaluasi yang berbasis LOTS sehingga peserta didik hanya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan faktual yang alternatif jawabannya hanya satu dan biasanya jawaban tersebut berupa sesuatu yang dapat ditemukan langsung dari buku atau hapalan sehingga proses berpikir peserta didik masih dalam level C1 (mengingat), C2 (memahami) dan C3 (menerapkan).
Permasalahan tersebut penulis rasa bukan hanya terjadi di sekolah tempat penulis mengabdi, akan tetapi rekan guru yang mengalami permasalahan yang sama dengan permasalahan yang dihadapi oleh penulis, sehingga praktik baik ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi penulis dan menjadi referensi atau inspirasi bagi rekan guru lain untuk memenuhi peran dan tanggungjawab sebagai seorang pendidik di abad 21 ini. Peran dan tanggung jawab guru yaitu menanamkan keterampilan 4C (Creatif, Critical thingking, Collaboration dan Communication) kepada peserta didik sesuai dengan tuntutan era revolusi industri 4.0
TANTANGAN
Tantangan yang dihadapi penulis untuk mencapai tujuan yaitu penulis belum mempunyai kepercayaan diri dalam mengimplementasikan model pembelajaran yang inovatif, hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap model-model pembelajaran yang inovatif dan belum pernah mengimplementasikannya. Setelah membaca dan mencari referensi dari berbagai sumber terkait model-model pembelajaran inovatif, penulis memilih model Problem Based Learning (PBL). Model ini dipilih karena disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dan karakteristik peserta didik itu sendiri.
Selain model pembelajaran, tantangan yang dihadapi penulis yaitu pemanfaatan TPACK dalam pembelajaran, selama ini guru hanya memanfaatkan buku sebagai sumber pengetahuan utama sehingga pengetahuan peserta didik terbatas. Hal ini juga yang menyebabkan peserta didik belum mempunyai motivasi untuk belajar. Bukan hanya itu, guru juga harus memiliki kepiawaian dalam meramu metode-metode pembelajaran agar peserta didik bisa aktif dalam proses pembelajarannya. Peserta didik yang cenderung pasif ini merupakan tantangan yang harus dihadapi.
Tantangan terakhir yaitu merancang pembelajaran yang dapat menstimulus peserta didik untuk mau dan mampu berpikir tingkat tinggi. Selama ini peserta didik sudah nyaman disuapin informasi oleh guru sehingga mereka berada dalam zona nyaman hanya menerima pengetahuan, ini yang membuat mereka masih berada pada level keterampilan berpikir LOTS. Perancangan evaluasinyapun masih sebatas di level C1, C2 dan C3. Pada pelaksanaan Best Practice penulis membiasakan melaksanakan proses pembelajaran berbasis HOTS dan menggunakan soal evaluasi berbasis HOTS sehingga proses berpikir peserta didik berada di level menganalisis (C4).
Pihak yang terlibat dalam penyusunan best practice ini adalah kepala sekolah, rekan sejawat, guru dari sisi kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik dan profesional, kemudian peserta didik.
AKSI
Dalam menghadapi tantangan tersebut, penulis melakukan beberapa hal diantaranya: mengeksplor penyebab masalah, menentukan akar penyebab masalah dengan mengkaji literatur dan wawancara dari berbagai sumber seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, rekan sejawat dan peserta didik. Kemudian setelah diketahui penyebab masalah penulis mencari solusi dengan cara yang sama yaitu mengkaji literatur dan wawancara dari berbagai sumber. Akhirnya mendapatkan solusi yaitu mengimplementasikan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Setelah mendapatkan solusi, penulis merancang perangkat pembelajaran yaitu dengan Menyusun Modul Ajar, Bahan Ajar, LKPD dan Media Pembelajaran berbasis teknologi dan memadukan metode-metode yang dapat membuat peserta didik memiliki motivasi belajar sehingga pembelajaran berpusat pada peserta didik serta Menyusun kisi-kisi dan soal evaluasi berbasis HOTS.
Pelaksanaan aksi ini dilakukan pada hari senin tanggal 31 Oktober 2022 untuk pertemuan pertama dan hari selasa 1 November 2022 untuk pertemuan kedua dengan menerapkan sintak-sintak yang telah dirancang pada modul ajar, dimulai dari pendahuluan, kegiatan inti yang terdiri dari orientasi masalah, mengorganisasikan peserta didik, membimbing investigasi secara kelompok atau individu, mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan menganalisis dan mengevaluasi terakhir kegiatan penutup. Adapun pihak yang terlibat dalam pelaksanaan aksi ini adalah penulis (guru). Kepala sekolah, wakasek. Kurikulum, rekan sejawat, peserta didik dan orang tua peserta didik. Penulis selalu berkoorinasi dengan pihak-pihak tersebut dalam pelaksanaan aksi ini. Setelah kegiatan aksi selesai, penulis melakukan refleksi. Sumber daya yang dimanfaatkan untuk melaksanakan aksi ini adalah proyektor, laptop, media pembelajaran berbasis digital, sumber belajar dari berbagai sumber.
REFLEKSI DAN DAMPAK
Dampak dari aksi yang telah dilakukan dengan mengimplementasikan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah penulis sudah memiliki kepercayaan diri dalam mengimplementasikan model pembelajaran inovatif sehingga peserta didik menjadi termotivasi dalam pembelajaran terlihat dari keaktifan peserta didik dalam proses belajar, terjadinya perubahan dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan mengimpelentasikan model pembelajaran inovatif dan berbasis HOTS pembelajaran menjadi lebih efektif. Keefektifan pembelajaran ini dapat dilihat dari respon peserta didik saat melakukan refleksi di setiap akhir pembelajaran, mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Penggunaan model PBL ini bak oasis dikegersangan pembelajaran yang selama ini sangat monoton dan membosankan menjadi menarik dan menyenagkan.
Faktor keberhasilan aksi yang dilaksanakan yaitu guru yang mulai terbiasa menggunakan model PBL, guru terbiasa menerapkan media pembelajaran dan interaktif, dan guru sudah terbiasa menerapkan pembelajaran berbasis HOTS dan soal evaluasi berbasis HOTS. Faktor keberhasilan dari aksi ini tidak terlepas dari bantuan , bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak diantaranya dosen pembimbing dan guru pamong yang selalu membimbing dan memberi masukan dalam merancang perangkat sampai dengan refleksi pembelajaran. Koordinasi dan kerjasama dengan kepala sekolah dan rekan sejawat. Kerjasama dengan peserta didik yang turut mendukung keberhasilan rencana aksi karena peserta didik selalu aktif dalam setiap prosesnya. Kerjasama dengan orang tua yang selalu mendukung. Rekan-rekan kelompok 2 PPG Daljab K2 UKWMS yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan masukan di setiap prosesnya. Pembelajaran yang bisa diambil dari proses dan kegiatan yang sudah dilakukan guru yaitu dapat menjadikan guru lebih kreatif dan inovatif dalam memilih dan mengembangkan model pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, dan menerapkan pembelajaran berbasis HOTS serta soal evaluasi yang berbasis HOTS sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.